(Introspeksi Diri)
Kajian Internal Asrama Thonthowy
Djauharhy
27 Mei 2013
Oleh : Ahmad Zainur Rasyid
Manusia memiliki nafsu 3 jenis nafsu
antara lain: Nafsu Muthmainnah, Nafsu Lawwamah dan Nafsu Amarah bis Suu’.
Adapun nafsu yang mengajak kepada kebatilan yaitu Nafsu Amarah. Metode untuk
mengatasi kekuasaan nafsu ini adalah dengan bermuhasabah (introspeksi/evaluasi
diri).
Imam Ahmad meriwayatkan, Umar bin Khatab Ra berkata:
“Hisablah dirimu sebelum dihisab! Timbanglah diri kalian
sebelum kalian ditimbang. Sesungguhnya introspeksi hari ini lebih ringan dari
hisab di kemudian hari.”
Seorang mukmin yang ketika dihisab di
akhirat dia melaluinya dengan ringan adalah seorang yang sering berintrospeksi
ketika hidup di dunia. Dalam kehidupan yang dilaluinya, ia pergunakan untuk
mengingat Allah, menyadari kesalahan dan memperbaikinya serta tidak
mengulanginya. Introspeksi adalah benteng yang menghalangi kita agar tidak
terperosok ke dalam gejolak nafsu yang menyesatkan.
Allah SWT berfirman:
“Pada hari setiap jiwa
mendapati segala kebaikan yang dilakukannya dihadirkan dan juga segala
kejahatan yang dilakukannya. Ia ingin ada penghalang masa yang panjang antara
dia dan kejahatannya.” (Q.S. Ali Imran: 30)
Muhasabah ada 2 macam:
1.
Muhasabah
sebelum beramal, yaitu berhenti sejenak, merenung di saat pertama muncul
keinginan untuk melakukan sesuatu. Tidak bersegera sampai benar-benar jelas
bahwa melakukannya lebih baik dari meninggalkannya.
2.
Muhasabah
setelah beramal, (a) Intrrospeksi atas ketaatan yang telah dilalaikan yang itu
merupakan hak-hak Allah. Apakah dalam melaksanakan ibadah terutama ibadah wajib
(yang itu menjadi hak Allah) sudah sungguh-sungguh atau masih seenaknya. (b)
Introspeksi apakah amalan yang telah diperbuat tersebut muncul karena mengharap
ridho Allah atau mengharap dunia.
Faedah Muhasabah:
1.
Mengetahui
aib diri: Orang yang tidak mengetahui aib dirinya maka tidak mungkin ia dapat
membuangnya. Serang sahabat berkata: “Jika dosaku ini memiliki bau, maka tidak
akan ada yang sanggup duduk di sebelahku.”
2.
Mampu
mengendalikan hawa nafsu dan terbebas dari sifat riya’. Seseorang yang mampu
menahan diri dari keinginan untuk menapat keuntungan dunia daripada ridho Allah
akan mampu mengendalikan hawa nafsunya dan terbebas dari sifat riya’.
Kesimpulan:
Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa tahapan untuk
berintrospeksi atau mengevaluasi diri, yaitu:
1.
Berintrospeksi
pada hal-hal yang fardhu. Apabila ada kekurangan maka segera mengganti (qadha’)
atau melakukan perbaikan.
2.
Introspeksi
pada hal-hal yang diharamkan. Apabila pernah melakukan segera bertaubat dan
memperbanyak amalan yang menghapus dosa.
3.
Introspeksi
dari kelupaan. Apabila kita merasa diri kita semakin jauh dari Allah maka
hendaknya memperbanyak dzikrullah dan menghadap Allah.